Metrolacak.com, Sidrap – Akhir-akhir ini, nelayang yang berdomisili di daerah Mojong, Kecamatan Maritengngae Sidrap mulai tinggalkan pekerjaannya sebagai nelayan.
Lantaran, ikan Sapu-sapu atau Ikan Bandaraya orang Sidrap mengenal Ikan Toke yang mulai berkembang biak. Padahal Ikan terrsebut tidak punya nilai jika di bawah ke pasar untuk di jual.
Menurut Kasman salah seorang warga nelayang di daerah Mojong ketika ditemui wartawan mengatakan, Ikan Sapu-sapu yang hidup di air tawar dengan orang mengenalnya ikan yang berasal dari Amirika ini sangat dikeluhkan masyarakat nelayan karena tidak punya harga dimata masyarakat di daerah Bumi Nene Mallomo.
‘’Lihatki saja hasil tangkapanku diperahu ini banyaknya ikan sapu-sapu dan sedikit saja ikan tawar lainnya seperti ikan mujair, ikan lele, ikan gurame, ikan mas, ikan patin, dan ikan nila, ikan belut serta ikan gabus,’’ kata ayah 5 orang anak itu. Sedangkan Ikan Sapu-sapu yang nantinya sampai di rumah, tambah Kasman akan dibuang saja untuk dimakan ayam atau anjing.
Kasman menuturkan, menjadi seorang nelayan perlu perlu bermodalkan berupa perahu dengan kisaran Rp 4 jutaan rupiah, Lanra alias tangkap ikan dengan kisaran 3 jutaan rupiah. Kemudian, sehari-harinya perlu siap pembeli BBM alias bensin yang kisaran perharinya Rp 40 ribu rupiah. Belum termasuk uang rokok dan ongkos makan-minum.
Alhamdulillah, katanya, keluarga dan anak-anak – hasil inilah yang dijual untuk makan dan juga dipakai menyekolahkan anak-anak. ‘’Jika sekiranya kami bermohon kepada pemerintah atau istansi terkait bagaimana mengatasinya agar tidak berkembang biak ikan sapu-sapu ini karena ikan toke ini membahayakan ia memakan telur-telur ikan tawar lainnya. Sehingga akan nantinya ikan tawar lainnnya akan puna alias habis,’’ katanya.
Bagus dan dibiarkan Ikan Sapu-sapu ini berkembang, tutur Kasman, jika ada memang tempat pasarannya. Maka, semua nelayan di Danau Sidenreng yang sebagian angkat kaki pindah pekerjaan akan kembali lagi bekerja sebagai nelayan. ‘’Hanya gara-gara Ikan Sapu-sapu alias Ikan Toke ini yang dikeluhkan sehingga mulai nelayan-nelayan cari pekerjaan lain, dipaktorkan selalu merugi saja ,’’ ujarnya merendah.(dis)


